Belakangan ini, belanja melalui mobile commerce menjadi pilihan banyak konsumen. Hal tersebut dibuktikan dengan penjualan mobile commerce retail yang mencapai $359,32 miliar pada tahun 2021. Jika dibandingkan tahun 2020, ada peningkatan sekitar 15,2%.
Peningkatan penjualan mobile commerce diprediksi dua kali lipat pada tahun 2025. Bahkan, angkanya diperkirakan mencapai $728,28 miliar. Karena itulah, sebanyak 292 juta orang diharapkan mempunyai perangkat mobile sendiri di tahun 2024. Dengan begitu, ada 187,5 juta orang yang berbelanja lewat smartphone mereka.
Kendati berbelanja lewat perangkat mobile menawarkan kemudahan, sebagian orang kerap merasa tidak nyaman. Pasalnya, retail tidak selalu memahami praktik terbaik untuk mengoptimalkan situs selulernya.
Mengatasi hal tersebut, retail harus mengetahui preferensi dan harapan konsumen terhadap mobile commerce. Jadi, Anda mesti menghadirkan pengalaman berbelanja melalui seluler yang ramah pengguna, ada personalisasi, dan aman.
Lalu, apa itu mobile commerce dan jenis-jenisnya? Yuk, baca terus ulasan berikut ini untuk mendapatkan jawabannya.
Apa Itu Mobile Commerce?
Mobile commerce merupakan proses transaksi pembelian maupun penjualan produk yang dilakukan melalui perangkat portabel, seperti tablet dan smartphone. Transaksi tersebut bisa meliputi berbagai produk, misalnya business software, consumer packaging goods, atau fesyen.
Meskipun mobile commerce berbeda dengan e-commerce, keduanya memiliki keterikatan. Sebagian besar transaksi penjualan dari e-commerce berasal dari mobile commerce. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, mobile commerce hadir untuk melengkapi e-commerce. Dengan demikian, konsumen bisa mengakses situs dan online store dari perangkat seluler.
Tren transaksi retail melalui perangkat seluler diperkirakan makin meningkat di tahun 2023. Menurut riset, persentase transaksi retail tersebut akan mencapai 8 persen. Bahkan, Amerika Serikat diprediksi menggandakan pangsa pasar retail melalui mobile commerce pada tahun 2020 dan 2025 kelak.
Dukungan teknologi 5G juga turut mempercepat peralihan perdagangan ke mobile commerce. Apalagi, fakta di lapangan menunjukkan, sebagian besar masyarakat kini bergantung pada ponsel. Ini beberapa hal yang membuktikan keterikatan manusia dan smartphone di masa sekarang.
- Setiap 10 menit sekali, rata-rata orang mengetuk dan menggunakan ponselnya selama minimal 15 menit.
- Setiap 1 dari 5 orang lebih memilih pergi tanpa menggunakan sepatu selama seminggu daripada tidak mengakses ponsel mereka.
- Banyak riset yang membuktikan bahwa, orang-orang mengalami peningkatan tekanan darah dan detak jantung saat jauh dari ponsel mereka.
Jenis-Jenis Mobile Commerce
Selain menggunakan situs yang mobile friendly, mobile commerce juga menerapkan teknologi lain. Berikut ini ada empat jenis mobile commerce.
Mobile Payment Applications
Mobile payment applications merupakan aplikasi pembayaran yang harus diunduh oleh pembeli ke smartphone-nya. Dengan aplikasi ini, pembeli dapat mengirim uang, membayar produk dan jasa, serta melunasi tagihan. Contoh aplikasi pembayaran tersebut, antara lain PayPal, Venmo, dan Xoom.
Selain aplikasi yang diunduh dari Play Store, sebagian smartphone juga memiliki fitur pembayaran bawaan. Beberapa contoh fiturnya, yaitu Apple Pay, Samsung Pay, dan Google Pay. Ketiga fitur ini bekerja dengan teknologi komunikasi jarak dekat untuk mendukung berbagai pembayaran virtual atau nirsentuh.
Pembayaran virtual atau dompet digital tersebut telah menyumbang lebih dari 49 persen transaksi online di dunia. Pada tahun 2024, penggunaannya diprediksi mencapai 53 persen. Di samping itu, seluruh pasar dompet digital diperkirakan memiliki nilai hingga $350 miliar di tahun 2026.
Sampai saat ini, pembayaran dompet digital maupun nirsentuh dipimpin oleh Cina. Transaksinya diprediksi mencapai lebih dari $5,5 miliar di tahun 2025. Jumlah tersebut tergolong paling tinggi di dunia, meskipun beberapa negara telah menunjukkan peningkatan pilihan konsumen untuk contactless.
Mobile Commerce Apps
Smartphone memberikan kemudahan bagi pengguna untuk membuka browser ketika ingin berbelanja. Kini, dengan adanya inovasi digital, Anda dapat berbelanja melalui mobile commerce apps. Tanpa harus membuka browser, transaksi aplikasi ini bisa dioperasikan.
Menurut riset Retail Dive, sebagian besar pengguna seluler mengunduh paling sedikit satu aplikasi belanja sebelum tahun 2021. Tren ini berlanjut hingga tahun 2022, terlebih dengan munculnya teknologi 5G. Merek perusahaan seperti Best Buy dan Chewy pun banyak berinvestasi dalam aplikasi selulernya sendiri.
Aplikasi seluler yang telah diunduh ke smartphone otomatis memudahkan pengguna untuk memindai katalog produk Anda. Mereka juga bisa membeli produk dan melacak pesanan tanpa meninggalkan beranda. Selain itu, mobile commerce applications mempunyai manfaat tambahan, yakni mengirimkan notifikasi kepada pengguna yang mengunduhnya.
Di masa depan, sebanyak 64 persen pedagang retail berencana menggunakan aplikasi seluler untuk berbagai transaksi. Namun, mereka mungkin memiliki kendala, yakni mahalnya investasi aplikasi. Karena itu, platform seperti Shop dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
QR Code
Quick response code atau QR code merupakan kode batang berbentuk dua dimensi yang dapat memberikan berbagai jenis informasi. Kode ini harus dibuka dengan cara dipindai melalui aplikasi pemindai di smartphone. Biasanya, ada 2089 digit atau 4289 karakter dalam satu kode QR.
Jika memiliki kode QR di meja kasir toko fisik, Anda bisa mengarahkan pembeli ke halaman pembayaran menggunakan aplikasi personal. Anda pun dapat meletakkan kode tersebut ke kemasan produk supaya konsumen mudah melakukan pembelian berulang.
Kode QR juga dapat dipasangkan dengan teknologi mobile commerce lain, termasuk dompet digital, mobile banking, dan aplikasi pembayaran. Namun, ada dua jenis kode QR yang harus Anda pahami, yakni statis dan dinamis.
Kode QR statis merupakan kode yang tidak dapat diedit kembali saat sudah dibuat. Sementara itu, kode QR dinamis masih bisa diperbarui atau diubah berulang kali sesuai kebutuhan pengguna. QR code dinamis inilah yang biasanya digunakan untuk kebutuhan bisnis dan pemasaran.
Social Commerce
Media sosial merupakan platform terpopuler saat ini. Salah satu media sosial yang paling banyak diunduh adalah TikTok. Penggunanya mencapai hampir 85 juta di seluruh dunia.
Keunggulan TikTok, yakni mampu mengintegrasikan produk overlay dan inventaris di live streaming. Dengan fitur ini, pengalaman belanja lebih interaktif. Pengguna juga bisa membagikan produk yang baru dibeli atau diinginkan kepada teman mutual-nya.
Selain TikTok, ada Instagram yang meluncurkan tab belanja untuk memudahkan pengguna dalam menjelajahi produk baru. Facebook juga mendorong pedagang retail untuk memanfaatkan etalase bawaannya. Di samping itu, tersedia Pinterest dengan pin yang bisa dibeli oleh pengguna jika ingin mempromosikan produk.
Melihat pertumbuhan media sosial yang pesat, eMarketer memprediksi penjualan retail, khususnya di Amerika Serikat, meningkat hingga 5,2 persen di tahun 2023. Jika dinilai dengan uang, persentase tersebut mencapai $101,1 miliar.
Mobile commerce memberikan pengguna kemudahan belanja saat melakukan perjalanan melalui perangkat seluler dengan sekali ketukan layar. Pengguna tidak perlu desktop ataupun laptop untuk berbelanja dengan mobile commerce applications. Mereka hanya perlu akses internet stabil dan smartphone yang mendukung.
Jika bukan sekarang, kapan lagi Anda akan memberikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan kepada pengguna melalui mobile commerce?