Media sosial adalah platform unggulan banyak orang untuk melakukan aktivitas jual beli. Kegiatan ini disebut dengan social commerce. Sejumlah media sosial pun sudah memiliki fitur khusus mendukung kegiatan tersebut. Di antaranya seperti Facebook dan TikTok yang memberikan begitu banyak manfaat bagi pemilik usaha maupun konsumen.
5 Manfaat Social Commerce
Tren social commerce akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pengguna media sosial. Model perdagangan ini pun tak hanya diterapkan oleh merek-merek besar tetapi juga oleh pelaku usaha kecil. Tak sedikit pula bisnis offline yang mulai merambah ke social commerce demi bertahan di tengah pesatnya era digital.
Pasalnya berjualan langsung di media sosial yang sudah memiliki fitur social commerce bisa memberikan banyak manfaat. Melansir dari Shopify, di bawah ini adalah lima manfaat social commerce.
1. Memperluas pangsa pasar
Saat ini, 4,59 miliar atau sekitar 57 persen penduduk dunia adalah pengguna media sosial. Angka ini diperkirakan akan terus naik hingga 5,17 miliar pada 2024 mendatang. Dengan kata lain, media sosial dapat membuka peluang para pebisnis untuk memperluas target pasar.
Pengguna media sosial yang berbelanja lewat platform sosial pun sudah semakin banyak. Karakter pengguna juga relatif beragam sehingga memungkinkan pebisnis untuk menyasar pasar yang lebih luas pula.
Umumnya, pengguna yang kerap berbelanja di platform sosial berada di rentang usia 18 hingga 34 tahun. Mereka merupakan generasi milenial dan Z yang setidaknya sudah pernah berbelanja sekali lewat media sosial.
2. Memberikan kemudahan berbelanja bagi konsumen
Platform social commerce mengintegrasikan fitur yang memudahkan pengguna untuk melakukan transaksi dalam satu tempat. Di antaranya seperti fitur untuk memasukkan produk ke keranjang, opsi untuk membeli, dan pesan instan.
Memang, ketiga fitur tersebut juga hadir di banyak platform e-commerce. Bedanya, social commerce lebih interaktif. Maksudnya, pengguna bisa memilih barang secara lebih mudah layaknya scrolling akun media sosial pada umumnya. Calon konsumen juga lebih leluasa untuk melakukan interaksi dengan penjual melalui fitur chat di media sosial.
Lewat penggunaan social commerce, prosedur belanja online yang sekiranya tidak signifikan dapat dihilangkan. Hal ini tentunya dapat meminimalkan potensi gagal beli. Sebab, seluruh proses pembelian dilakukan di dalam media sosial.
3. Mempermudah pelacakan data konsumen
Media sosial merupakan platform terbaik untuk mengumpulkan data konsumen. Data berharga ini bisa dijadikan patokan untuk menyusun strategi pemasaran dan pengembangan produk. Sebab itulah, platform social commerce lebih unggul dibanding model perdagangan lainnya.
Misal Anda berjualan di Instagram, Anda bisa memanfaatkan fitur Instagram Insights untuk memperoleh data demografis konsumen. Di antaranya seperti jenis kelamin, kelompok usia, dan lokasi. Lebih lengkap lagi di Facebook di mana Anda bisa mendapatkan data seperti jenis pekerjaan, status hubungan, dan tingkat pendidikan konsumen.
Data-data tersebut dapat dimanfaatkan oleh pebisnis untuk mengetahui seperti apa konsumen yang harus menjadi pangsa pasar mereka. Baru selanjutnya bisa digunakan untuk merancang strategi pemasaran yang bertarget.
4. Bersifat social proof
Social proof merupakan kondisi sosial dimana seseorang terdorong untuk mengikuti tindakan orang lain. Dalam pemasaran digital, bentuk social proof dapat dilihat dari kecenderungan konsumen dalam membeli suatu produk berdasarkan ulasan. Nah, konsep ini juga diterapkan pada platform social commerce.
Social commerce menggunakan social proof dalam bentuk user-generated content atau konten dari pengguna. Contohnya seperti jumlah followers, shares, likes, dan komentar. Keempat hal tersebut dapat memengaruhi tingkat kepercayaan calon konsumen pada suatu brand.
Semakin banyak konsumen yang mengikuti, membagikan, atau mengomentari postingan produk brand Anda, semakin bertambah pula calon konsumen Anda. Memanfaatkan jasa influencer juga dapat meningkatkan social proof. Saat mereka mengiklankan produk Anda, otomatis kredibilitas brand Anda akan meningkat.
5. Mempermudah mendapatkan ulasan kredibel
Platform social commerce memungkinkan penjual untuk mendapatkan ulasan kredibel dari pembeli. Caranya dengan membuat polling, meminta ulasan konsumen di kolom komentar, atau berinteraksi langsung dengan pembeli lewat fitur chat.
Selanjutnya, ulasan konsumen dapat dijadikan patokan untuk membuat keputusan-keputusan usaha. Di antaranya seperti meningkatkan layanan, menambah pilihan ukuran produk, menambah jenis produk, meningkatkan kualitas barang, dan lain sebagainya.
Analisis Tren Social Commerce
Penggunaan media sosial merupakan faktor utama dibalik meledaknya tren social commerce. Di AS, pengguna media sosial menghabiskan sekitar 15 persen waktunya untuk bermain media sosial.
Namun, penerapan social commerce di AS tidak sebesar negara lain, seperti Tiongkok. Hanya sekitar 30 persen penduduk AS yang pernah berbelanja di platform sosial. Sementara, pengguna social commerce di Tiongkok memiliki kontribusi lebih dari 50 persen dari seluruh penjualan retail di negara tersebut.
Bahkan menurut laporan eMarketer, hampir separuh pengguna internet di Tiongkok berbelanja di media sosial. Fenomena ini mendorong brand-brand global untuk mempelajari strategi social commerce di pasar Tiongkok. Lantas, seperti apa tren model bisnis ini di masa mendatang? Berikut ulasan singkatnya.
1. Konten video lebih dicari
Video adalah jenis konten yang paling laris di hampir semua platform sosial. Lihat saja bagaimana para raksasa media sosial berlomba-lomba menawarkan fitur video pendek dalam beberapa tahun terakhir.
Tren video pendek ini tentunya juga membawa angin segar bagi brand retail. Menurut riset, sekitar 88 persen orang merasa lebih terdorong untuk membeli suatu produk setelah menonton video dari brand produk tersebut. Terlebih lagi jika produk pada video tersebut langsung bisa dibeli hanya dengan satu klik.
2. Live commerce meningkatkan pengalaman belanja
Live commerce adalah aktivitas perdagangan yang dilakukan lewat siaran langsung di media sosial. Kegiatan ini memungkinkan calon konsumen untuk berinteraksi secara real-time dengan penjual yang sedang memasarkan produk.
Live commerce masih terbilang baru di pasar AS, namun tidak dengan di Tiongkok. Berdasarkan laporan McKinsey, live commerce di pasar retail Tiongkok meningkat dari 3 miliar menjadi 171 miliar dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan ini kemudian dijadikan panutan banyak brand global untuk menjajal kegiatan live commerce.
3. Live chat lebih disukai
Melansir riset Shopify, 58 persen konsumen lebih senang berbelanja online jika penjual mudah dihubungi. Sementara, 60 persen lainnya berpendapat bahwa kualitas layanan penjual memengaruhi keputusan berbelanja mereka.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen menginginkan interaksi langsung dengan brand pilihan mereka. Di sinilah kelebihan platform social commerce. Fitur live chat pada media sosial mempermudah interaksi antara penjual dan konsumen. Data dari Shopify menunjukkan bahwa 43 persen konsumen akan lebih kerap menggunakan live chat di tahun depan.
Itu tadi berbagai manfaat dan analisis tren social commerce. Model perdagangan digital ini akan terus mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya pengguna media sosial. Bagi pihak penjual, tren ini mampu meningkatkan penjualan dan kredibilitas brand. Sementara bagi pihak pembeli, social commerce mempermudah aktivitas belanja online.