Meningkatnya tren belanja online membuat fungsi media sosial kian bertambah. Dari yang hanya untuk bersosialisasi di dunia maya, kini berkembang menjadi tempat untuk berbelanja. Social commerce adalah istilah yang digunakan para marketer untuk menggambarkan fenomena ini. Untuk lebih memahaminya, simak terus ulasan berikut ini.
Apa Itu Social Commerce?
Social commerce adalah aktivitas jual beli barang dan jasa yang dilakukan melalui media sosial. Model penjualan ini berbeda dengan social media marketing pada umumnya. Social commerce dianggap lebih bisa memberikan pengalaman berbelanja yang mudah dan interaktif pada pelanggan.
Pengguna bisa mencari produk dari merek tertentu dan langsung membelinya lewat media sosial. Jadi, tak ada lagi yang namanya harus membuka aplikasi e-commerce atau website milik penjual. Inilah yang membuat social commerce semakin populer, khususnya di kalangan millenial dan gen Z.
Kepopuleran social commerce juga tak lepas dari penggunaan media sosial sendiri. Di Indonesia, pengguna aktif media sosial mencapai lebih dari 190 juta orang per Januari 2022. Mayoritas pengguna adalah generasi milenial dan gen Z yang sudah akrab dengan kegiatan jual beli lewat medsos.
Melihat tingginya angka pengguna media sosial, wajar bila social commerce akan terus mengalami peningkatan. Menurut riset, model bisnis ini diprediksi akan mengalami pertumbuhan hingga sekitar 2,9 triliun dolar AS pada 2026.
Perbedaan Social Commerce dan E-Commerce
Meski kedengarannya serupa, social commerce dan e-commerce merupakan dua istilah yang berbeda. E-commerce merupakan bentuk aktivitas perdagangan yang dilakukan secara online melalui platform digital, seperti aplikasi atau website.
Social commerce sendiri masih menjadi bagian dari e-commerce. Bedanya, kegiatan jual beli social commerce dilakukan langsung pada platform media sosial. Mulai dari pencarian produk hingga proses pembelian, semua dilakukan di dalam media sosial.
Keberadaan social commerce juga menguntungkan pihak penjual. Sebelumnya, mereka hanya menggunakan media sosial sebagai salah satu strategi pemasaran. Namun kini penjual bisa langsung memperdagangkan produk mereka menggunakan fitur jual beli pada media sosial.
Jenis-Jenis Platform Social Commerce
Saat ini, ada empat media sosial ternama yang menawarkan fitur-fitur penunjang aktivitas social commerce. Seiring dengan meningkatnya popularitas dan revenue social commerce, semakin banyak media sosial yang akan ikut menyediakan fitur jual beli ini.
1. Facebook
Menurut survei Statista 2021, Facebook merupakan media sosial terpopuler yang digunakan untuk berbelanja online. Sementara, survei eMarketer melaporkan bahwa hampir 71 persen pengguna Facebook di seluruh dunia menggunakan platform ini untuk berbelanja.
Angka tersebut setara dengan kurang lebih 59,4 juta pembeli. Dari pembeli sebanyak itu, sebagian di antaranya bisa Anda jangkau menggunakan fitur Facebook Shop. Bagi pemula yang baru terjun ke social commerce, tak ada salahnya membuat Facebook Page terlebih dahulu. Baru setelah itu membuat Facebook Shop yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Facebook Shop dilengkapi dengan fitur lengkap, salah satunya untuk membuat katalog produk. Katalog ini memungkinkan calon pembeli untuk melihat rincian produk yang ditawarkan, termasuk varian warna dan ukuran.
Selain itu, calon pembeli juga bisa langsung berinteraksi dengan penjual melalui fitur Facebook Messenger. Jika sudah yakin mau membeli, konsumen tinggal menggunakan fitur Facebook Checkout tanpa harus keluar dari Facebook. Penjual juga bisa mengarahkan konsumen ke toko online mereka.
2. Instagram
Masih satu perusahaan dengan Facebook, Instagram juga menawarkan fitur social commerce. Menurut laporan Instagram, satu dari dua pengguna menggunakan platform ini untuk mencari brand dan produk-produk baru. Tak hanya itu, 44 persen penggunanya juga menggunakan aplikasi ini untuk berbelanja setiap minggunya.
Jauh sebelum ada fitur jual beli, Instagram memang sudah populer sebagai platform pemasaran. Mulai dari membangun kesadaran merek hingga meningkatkan penjualan, semua bisa dilakukan melalui Instagram.
Melalui fitur Instagram Shops, konsumen bisa langsung membeli produk yang ditampilkan melalui foto atau video yang diunggah ke Instagram. Mengikuti jejak Facebook, pemilik akun Bisnis juga bisa membuat katalog produk sendiri. Setiap produk memiliki halamannya sendiri di mana calon pembeli bisa melihat harga, deskripsi produk, dan visualisasi dari produk tersebut.
Instagram Shop memiliki beberapa fitur unggulan untuk mendukung aktivitas social commerce. Berikut di antaranya:
- Shopping tags: Fitur tag ini bisa dimasukkan dalam Story maupun feed agar calon pembeli bisa mempelajari produk yang sedang mereka lihat.
- Ads: Fitur iklan ini memungkinkan penjual untuk menjangkau lebih banyak calon konsumen.
- Shop tab: Fitur ini berfungsi seperti etalase toko di mana calon konsumen bisa melihat-lihat produk yang dijual dan membelinya.
- Shop through DMs: Melalui fitur ini calon konsumen bisa membeli produk langsung melalui Instagram DM. Selain membeli, konsumen juga bisa berinteraksi dengan penjual dan melacak pesanan.
3. TikTok
TikTok merupakan media sosial dengan pertumbuhan tercepat selama beberapa tahun terakhir. Pada Agustus 2021, platform ini memperkenalkan fitur TikTok Shop yang digarap bersama Shopify. Meski baru setahun, pertumbuhan fitur tersebut sangat cepat hingga banyak yang mengira TikTok adalah platform social commerce pertama.
Media sosial ini bahkan diprediksi menembus angka 48,8 juta pengguna di AS pada 2025. Angka ini mengalahkan jumlah pengguna Instagram yang diperkirakan mencapai 48,2 juta. Sebab, pengguna TikTok tak hanya sekadar mencari hiburan.
Sekitar 39 persen pengguna juga menggunakan TikTok untuk menemukan produk atau merek yang tak mereka kenal sebelumnya. Lebih lanjut, separuh pengguna dari angka tersebut membeli produk yang mereka lihat di TikTok. Untuk memanfaatkan fitur TikTok Shop, pengguna harus membuat akun TikTok For Business terlebih dahulu.
4. Pinterest
Beberapa dari Anda mungkin lebih mengenal Pinterest sebagai media untuk mencari ide-ide visual. Namun tahukah Anda bahwa platform satu ini juga digunakan sebagai tempat jual beli sejak 2015 silam?
Pamor Pinterest sebagai social commerce mulai dilirik oleh para marketer. Banyak dari mereka yang berlomba-lomba menggali strategi paling jitu untuk memasarkan produk di Pinterest. Menurut Pinterest sendiri, lebih dari 400 juta pengguna global menggunakan media sosial ini untuk mencari ide dan menemukan produk-produk baru.
Menariknya, sebanyak 97 persen pencarian di Pinterest sama sekali tidak menyebutkan merek spesifik. Jadi, saat penjual menghubungkan toko online mereka ke Pinterest, mereka bisa menjangkau calon pembeli yang sama sekali belum mengetahui produk mereka. Hal ini tentunya bisa membantu penjual untuk membangun kesadaran merek.
Sudah banyak perusahaan memanfaatkan Pinterest sebagai media pemasaran dan penjualan produk. Contohnya Albirds, perusahaan sepatu dan pakaian asal AS yang menggunakan fitur shoppable pins untuk menjangkau calon pembeli di Pinterest. Fitur ini membantu mengoptimalkan foto produk, jenis, dan merek agar lebih menarik bagi calon konsumen.
Tren social commerce diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial. Platform media sosial lain pun diperkirakan juga akan mengikuti jejak keempat platform di atas. Sebab, social commerce mampu memberikan pengalaman berbelanja online yang lebih praktis dan interaktif dari model bisnis lainnya.